Entah sejak kapan tepatnya saya jadi (lebih) sering ditemani secangkir white coffee dikala ngobrol sendiri.

8 Sep 2018

Pengalaman Berobat ke Puskesmas



Hello There!

Pancaroba begini panen orang sakit. Di sekolah, murid giliran ijin, yang di kantor, kerja dengan lesu karena badan ga delicious. Di jalan banyak orang pake masker supaya tidak tertular dan tidak menyebar virus.

Yes, seperti saya beberapa waktu lalu diawali dengan suara yang tiba-tiba serak dan hilang  yang sempat membuat saya enggan menjawab panggilan telepon, karena percuma saja, suara saya tidak keluar dan hanya membuat bingung lawan bicara. Jadi praktis selama seminggu lebih komunikasi saya hanya via texting. 

Seminggu terlewati (walau suara belum sepenuhnya merdu, belum bisa dipake nyanyi lagu meraih bintangnya kakak Via Valen). Pagi bangun tidur saya resmi pilek suara yang tadinya emang belum normal jadi makin seksoy karena bindeng *eh pada tau bindeng kan? itu tuh suara yang terdengar gede karena kita pilek. Kalo dia daerah kalian mungkin istilahnya beda.

Dan derita itu belumlah berakhir, suatu pagi di hari minggu saya paksain diri keluar untuk main voli mungkin karena udara pagi yang sejuk dan sinar matahari yang hangat saya sama sekali ga batuk atau meler saat di lapangan. saking asiknya ga terasa sampai lewat jam setengah sepuluh dan karena memang body belum fit maksimal sorenya KO lah saya.

Sempat enakan, tapi kemudian saya ngerasain sakit di tenggorokan saat menelan. Dan itu sakit pake banget even dipake ngomong itu sakit nya aduhai bohai bok. Masuk hari ke-tiga I can stand anymore. I need someone expert who can give me prescription. 

Ingat ga postingan saya tentang AADD? in case you forgot silahkan baca ini

Saya harus pergi ke dokter dan mendapatkan resep antibiotik. Alih-alih ke RS saya berangkat ke puskesmas dekat rumah. Menuju meja pendaftaran saya diarahkan untuk mengambil nomor antrian. Menunggu sekitar 40 menit, saya dipanggil dan di tanya ini itu bahkan ditanya nama Kepala Keluarga dan pendidikan terakhir saya hehehe tak tahulah apa korelasinya dengan tujuan berobat saya.

Setelah itu saya diarahkan ke loket pembayaran untuk membayar pendaftaran sebesar sepuluh ribu rupiah. Dan kemudian saya menunggu lagi untuk dipanggil menuju ruang periksa. Setelah menunggu tidak lebih dari lima menit nama saya dipanggil untuk menuju ruang periksa. Duduk didepan seorang perawat, saya ditanya keluhan saya sambil si perawat melakukan prosedur dasar mengukur tekanan darah dan dan mencatatnya di sebuah lembar status pasien.

Selesai itu saya diarahkan bertemu dengan dokter, disitu kemudian pertanyaan di perdalam lagi dan saya menjelaskannya lebih detail. Dokter melihat tenggorokan saya dibantu sebuah senter dan he said : "ok, ini radang ya". Setelah obrolan ini itu seputar keluhan saya.

Saya keluar ruang dokter dengan membawa resep, menuju ruang farmasi, menunggu sebentar, obat saya keluar, saya tanya petugasnya apa prosesnya sudah lengkap dan saya bisa pulang. She said yes. Saya keluar puskesmas, membayar parkir kendaraan dan pulang ke rumah.

If you ask me how I feel? I feel better now, so much better. At the first time i took the medicine i feel cured. Dan yang paling surprise berobat tadi bisa dibilang gratis saya hanya keluar uang sepuluh ribu untuk daftar.  Mmmhhh... Nothing to say but Alhamdulillah.

Oh yea, obat yang saya terima ada tiga macam dan untuk pengobatan selama tiga hari.

Good morning 
Happy weekend 
Stay happy
Stay Healthy



-Penikmat Semesta-


0

0 komentar: