Entah sejak kapan tepatnya saya jadi (lebih) sering ditemani secangkir white coffee dikala ngobrol sendiri.

9 Sep 2015

Suatu Minggu di Alun-alun Sidoarjo

Sejak pindah di kota ini Juni 2015, Saya masih belum benar-benar explore kota ini. Kalo weekend masih suka pelesir ke kota asal, surabaya, belum bisa move on hehehe. Belakangan saya dan suami bertekat, cieee bertekat. Untuk lebih kenal dengan kota tempat kami tinggal ini. Alun-alun menjadi salah satu destinasi kami untuk jogging dan melepas anak-anak berlari sesuka mereka, dan bentar saja begitu melihat ayunan dan perosotan mereka langsung berlari sambil berteriak girang seraya berkata. That's a playgound. Let's swing!! Buat anak-anak ga peduli tempat dan kotanya asal ada ruang lapang mereka akan dengan gembira menyambutnya. 
0

4 Sep 2015

Adem Ayem

Dear friday,

Sitting here all alone. Anak-anak sekolah. Beberes rumah sudah di handle ART. Enak ya? Enak lah. Hidup harus dibawa enak kan. Klo bahas hidup enak sih sawang-sinawang ya ladies kata orang Jawa. Rumput tetangga selalu lebih hijau. Hehehe. Legit dijadikan topik gosip. Misal nih enak ya Bu X itu, suaminya kaya raya, pembokatnya tiga, tinggal duduk aja, rumah udah kinclong, masakan udah ready. Tiap tahun ganti mobil dan Bla bla bla. Lha itu Bu Y apalagi, suaminya pengusaha sukses. Warisan mertuanya ga habis sampai tujuh turunan. Mau apa aja bisa. Levelnya udah diatas tiap tahun ganti mobil. Lha wong klo pelesir selalu keliling benua. Pernah ga sih punya pikiran kaya gitu?! Pernah banget. Frustrasi ga sih klo orang lain dilimpahi begitu banyak kenikmatan itu sementara kita, uang gaji cukup untuk sebulan aja udah syukur. Hehehe. Ironis ya. Makanya itu, penting banget kalo menjalani hidup itu dibawa enak aja. First thing First adalah bersyukur dengan apa yang sudah kita punya. Karena bersyukur membawa efek senang, ayem dan bahagia. Once you feel Happy semua akan terasa indah. Dan berdoalah di dalam suasana yang gembira. Semoga kita selalu diliputi perasaan yang ayem. Aamiin.




0

3 Sep 2015

Sesaat di Pagi Hari

Have a great morning mommies. 

Pagi ini saya bangun lebih awal dari biasanya. Pak suami ada keperluan extra, jadi pagi-pagi kudu sampe kantor. Anak-anak juga ikutan bangun lebih awal dari biasanya. Hehehe which is bagus karena ga perlu bangunin mereka untuk pergi sekolah, karena sometime memakan waktu dan memncing emosi bangunin mereka di pagi hari๐Ÿ˜…. Khas anak-anak lah. Setelah Utek-utek di dapur siapin sarapan, saya ada waktu untuk update blog. Meluncurlah tulisan ini๐Ÿ˜‰. 

Setelah suami berangkat saya mulai menyiapkan anak-anak untuk mandi dan berangkat sekolah. Sepulang dari mengantar anak-anak, saya mampir ke tukang sayur langganan saya. Belanja bahan untuk bikin sayur lodeh tanpa santan dan ikan asin. Yummy. Saya ingat dirumah masih ada ayam dan tahu yang kemarin saya masak dengan bumbu ungkep. Jadi saya beli sayur sawi untuk sayur anak-anak. 

Rencananya hari ini masak sayur lodeh, Sambel tempe, ikan asin goreng untuk saya dan suami. Cah sawi dan ayam goreng untuk anak-anak. Sippp. Sudah lapar bayanginnya. Sampe rumah, saya beres-beres, sarapan dan duduk manis dengan masker bengkoang menghiasi wajah sambil meneruskan tulisan ini. Selamat beraktivitas mommies. ๐Ÿ˜€


--Ta--
0

1 Sep 2015

Person With No Identity

Banyak hal yang berhubungan dengan birokrasi pemerintah membuat saya malas. Ini kejadian saat membuat KTP.

Dua minggu lalu saya mengajukan permohonan KTP baru. Karena yang lama sudah habis masa berlakunya. 

Saya melalui prosedur lapor ke RT, RW, Kelurahan. Semua bisa saya selesaikan dengan sekali jalan dalam sehari. 

Selanjutnya adalah di kecamatan. Saya sampai kecamatan sudah agak siang, sekitar jam 10.00 WIB.

Saat sampai kemudian saya bertanya kepada salah satu petugas mengenai keperluan saya. Petugas tersebut menunjuk sebuah ruang dengan pintu kaca berwarna gelap. 

Saya memasuki ruang tersebut dengan melalui pintu yang ditunjuk petugas tadi. Sepintas saya membaca tulisan yang ditempel di pintu itu. Jam pelayanan : Senin-kamis pukul 07.00-14.00, Jumat : saya lupa detailnya tapi lebih kurang sama, hanya waktu istirahat lebih lama, nalar saya karena sholat Jumat. Make sense

Begitu saya masuk saya lihat ada dua line antrian yang terpampang di layar. Saya menuju sebuah box untuk mengambil nomor antrian. Bayangan saya seperti sedang mengantri di salah satu bank. Which is good. Setengah jam saya duduk. Belum tiba giliran nomor saya untuk mendapat pelayanan. 

https://sitapunyacerita.blogspot.com/2015/09/person-with-no-identity.html
source : pexel.com


Saya tunggu beberapa saat lagi. Saya putuskan pergi karena saya harus menjemput anak-anak pulang sekolah.

Keesokan harinya saya kembali mengantri. Kali ini saya datang lebih awal. Sekitar jam 8 saya sudah tiba disana. Seperti hari kemarin, saya mengambil nomor antrian. Nomor 16, kemudian melirik layar diatas konter petugas. Tertera angka 05. Okay good, I dont need to wait too long, batin saya.

Saya memilih salah satu kursi di barisan dua. Saya mengeluarkan novel romantis karya teman saya dari dalam tas.  Iya salah satu teman SD saya sekarang menjadi penulis novel disela kegiatan kantornya. Talented woman

Hampir satu jam berlalu, di layar konter menunjukkan angka 6. Whaatt, masak baru satu nomor yang dilayani semenjak saya duduk disini. Saya mulai gelisah, bete rasanya saya membayangkan pulang tanpa hasil seperti kemarin.

Saya mulai berdiri dan menuju salah satu petugas bla, bla, bla saya bertanya dan jawabannya "Ya tunggu sampai nomor antriannya dipanggil." Batin saya, what's goin' on? Apa yang mereka lakukan, satu jam hanya 1 nomor yang dilayani.

Akhirnya penantian saya berbuah hasil. Nomor saya dipanggil. Saya maju menyerahkan berkas, menunggu sesaat. Petugas keluar dengan selembar kertas berisi keterangan bahwa saya sedang proses membuat KTP. Saya terima lembar itu. Saya diminta untuk mencantumkan nomor telepon saya, dengan alasan apabila KTP sudah jadi saya akan dihubungi oleh petugas. Saya tulis deretan angka di kolom yang diminta. Saya kemudian bertanya, kapan perkiraan jadinya. "Ya tunggu di telp mbak". Petugas itu menjawab. "That's all?!!" asli saya pengen kunyah tuh kertas didepan petugasnya. 

Dua minggu berlalu, saya tetap belum dapat kabar dari petugas yang berjanji menelepon saya. Masuk minggu ketiga saya udah gatel aja. Rasanya pengen nonjok orang. 

Dan akhirnya saya mantapkan hati untuk bertanya melalu telepon ke kantor kecamatan. Terjadilah dialog yang intinya saya menanyakan apakah KTP saya sudah jadi. Dan petugas menjawab belum. 

Kembali saya tanya perkiraan kapan jadi. Petugas menjawab, "Belum tahu karena sistemnya putus tidak bisa mencetak KTP." Ditambah pula dengan kata-kata "Ini seluruh Indonesia mbak." Gilak ini deh model kek senar layangan aje nih pake alesan putus.

"Minggu depan mbaknya telp lagi aja." Ngelus dada. Kemaren janjinya saya yang mau ditelepon. Omigosh. Edan, perkara KTP udah jadi isu nasional inih. Pak Jokowi tulung dong, sampai kapan saya kesana kemari tanpa identitas diri.


-Penikmat Semesta-


Disclaimer : ini tulisan saya tahun 2015. Apa di 2020 masih begini juga? Saya harap tidak ya!

0