Entah sejak kapan tepatnya saya jadi (lebih) sering ditemani secangkir white coffee dikala ngobrol sendiri.

26 Mei 2018

Kenangan Sebungkus Ketan


Day 1
Aku duduk di balkon apartemen memandang dari kejauhan hiruk-pikuk kota metropolitan, menerawang sambil sesekali menyesap coffee latte dari cangkir kecil bercorak garis-garis hitam dan putih. Rutinitas pagi yang nikmat. Berbicara dengan diri sendiri, mengevaluasi apa yang sudah dan belum aku kerjakan, merangkai mimpi masa depan atau sekedar berdiam diri dan tidak berfikir tentang apa-apa.

Day 2
Jam setengah tujuh pagi, aku baru selesai berlari memutari jogging track di sekitar komplek apartemen. Melepas sepatu kemudian berjingkat menuju pantry dengan masih menggunakan kaos kaki, menyalakan kompor untuk merebus air untuk menyeduh secangkir teh hijau. Aku meraih piring dan membuka bungkusan berisi ketan yang aku beli dari penjual jajanan tradisional yang mangkal di seberang apartemen.
Aku duduk di balkon menikmati ketan dengan topping parutan kelapa dan bubuk kedelai. selang-seling dengan menyeruput teh hangat. Nyut-nyutan di mata kaki akibat terantuk tepi trotoar perlahan tidak terasa tergantikan aroma kenangan yang dibangkitkan oleh tiap kunyahan ketan.

Day 3

Sitting on my balcony, drink my green tea latte. bla... bla.. bla..

Day 4

Sitting on my balcony. bla..bla..bla..

...

...

...

...

Day 37

Hari sabtu, dan jumat kemarin libur nasional perayaan tahun baru imlek, so this is long week-end. Aku tinggal di apartemen saja seharian kemarin. Hanya keluar untuk jogging di pagi hari.
Pagi ini setelah rutinitas jogging dan sarapan jajan pasar, aku duduk menghadap keramaian metropolitan dari balkon. Pikiran ku melayang kebeberapa bulan lalu. Diam dan terhanyut. Sampai akhirnya aku tersadar oleh ketukan keras di pintu kamarku. Entah sudah berapa ketukan, kemudian terdengar namaku dipanggil.
Aku menuju pintu, mengintip melalui lingkaran kecilnya. Terlihat seseorang berwajah gusar tak sabar. Kubuka pintu dan kudapati Hesti teman kantorku berdiri dan memandangku penuh selidik. "Oh God, gue sempat kepikiran untuk telepon 911. Are you okay Rei?"


.........
0