Entah sejak kapan tepatnya saya jadi (lebih) sering ditemani secangkir white coffee dikala ngobrol sendiri.

17 Nov 2017

Semangkuk Bakso Di Sore Hari


Saya terbangun dari tidur siang, lamat-lamat saya dengar dari kamar sebelah anak-anak sedang bermain entah apa. Setelah benar terjaga saya bangkit dari tempat tidur membuka lebar korden, memandang luas keluar jendela. Hujan lumayan deras. 

Saya keluar dari kamar dan menuju kamar disebelah tempat anak-anak bermain. "Koq ga tidur siang?" pertanyaan saya meluncur begitu melihat mereka sedang duduk di lantai. Didepan mereka berserakan alat tulis, pianika, mainan bahkan sisir rambut yang tadi saya cari. Beberapa uang logam berserakan dan beberapa lagi sudah berbaris rapi. "Mami, kita ini lagi ngitung uang di celengan" Kata si adik. Si kakak melihat sebentar ke arah saya dengan mimik nyengir sambil tetap mengingat hitungannya.

Saya kembali ke kamar saya. Membereskan tempat tidur kemudian berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah rumah. Saya melihat cipratan air yang membasahi lantai teras belakang rumah dan bergumam "hujan turun lumayan deras".

Saya duduk di kursi teras belakang menikmati hujan yang tinggal rintiknya saja. Angin mengelus wajah saya. Dingin. Tumbuhan di taman terlihat segar, hijau dengan beberapa butiran air yang masih tinggal di dedaunannya. Adem. Saya mendongak keatas menatap awan yang menggantung di langit. Indah sekali. 

Cuaca seperti ini yang saya nantikan setelah berbulan-bulan sangat terik. Saya belum beranjak dari kursi. Saya masih menikmati suara rintik hujan, entah tiba-tiba saya terbayang semangkuk bakso terhidang di depan saya. Pasti lezat. Dingin-dingin begini makan semangkuk bakso hangat dan pedas. 

Agaknya keberuntungan memang sedang berpihak pada saya. Duk duk duk tiinng... Tukang bakso lewat, saya panggil dan disinilah saya sekarang. Duduk di depan meja makan dengan semangkuk bakso hangat siap di santap.





-Penikmat Semesta-
0

0 komentar: