Rasna menghapus butiran bening yang mengalir di pipinya.
Lagi-lagi ulah pria yang dinamakan belahan jiwa
Lagi-lagi ulah pria yang dinamakan belahan jiwa
Pukul sebelas siang. Rasna baru saja tiba di rumah. Ia membuka sepatu, lalu kerudungnya.
Berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air minum.
Meneguknya dari gelas kaca, sambil duduk di kursi yang menghadap taman mungil di teras belakang rumahnya
Rasna menata kembali hatinya. Berusaha menyusun kenangan bahagia yang pernah ada
Tak banyak yang tersisa.
Waktu telah mengambilnya.
Begitu mudah kata menorehkan luka.
Lagi-lagi persoalan rasa
Bukankah rasa dicipta untuk merangkul semesta
bukan malah menghancurkan asa.
Satu yang pasti ada dia hatinya
Semoga Tuhan tetap menggemgam erat hatinya dan berkata mengingatkannya
Sabar lah Rasna..
Hidup memang tak ada yang sempurna
Dimanapun kau berada selalu ada sakit mendera ...
Namun yakinlah selalu ada bahagia yang tak bosan menyembuhkannya.
--teras belakang--
11 feb 2020
Credit Image : pixnio.com
Waktu telah mengambilnya.
Begitu mudah kata menorehkan luka.
Lagi-lagi persoalan rasa
Bukankah rasa dicipta untuk merangkul semesta
bukan malah menghancurkan asa.
Satu yang pasti ada dia hatinya
Semoga Tuhan tetap menggemgam erat hatinya dan berkata mengingatkannya
Sabar lah Rasna..
Hidup memang tak ada yang sempurna
Dimanapun kau berada selalu ada sakit mendera ...
Namun yakinlah selalu ada bahagia yang tak bosan menyembuhkannya.
--teras belakang--
11 feb 2020
Credit Image : pixnio.com
0 komentar:
Posting Komentar